-tarbawi/sulthan hadi –
Sepi adalah jenak waktu yang tentu saja tak memberi rasa nyaman. Apalagi kita tak bisa tahu kapan ia akan berakhir. Dan seorang ibu adalah sosok yang mungkin sangat sering mengalami itu dalam hidupnya, meski mungkin kita sebagai anaknya kadang tak menyadari.
Harus kita akui, bahwa kita memang seringkali lupa akan keberadaan ibu dan ayah yang ada di rumah. Jika dibandingkan dengan pasangan, perhatian kita kepadanya lebih banyak dan lebih intens. Buktinya, kita selalu risau akan kabar pasangan kita, khawatir apakah dia sudah makan atau belum, takut apakah dia bahagia atau tidak bila di samping kita?
Tapi, apakah kita juga pernah merisaukan kabar dari orang tua kita? Risau, apakah orang tua kita sudah makan atau belum? Khawatir, apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum? Rasanya jarang. Padahal boleh jadi dia sedang dalam dekapan rasa sepi.
Rasa Sepi Ketika Membesarkan Anak – anaknya
Cinta seorang ibu kepada anaknya adalah cinta yang tak terbatas. Atas nama cinta, apapun akan dia jalani asal kebutuhan anaknya terpenuhi. Apapun akan diusahakan, asal keinginan anaknya terwujud. Apapun akan dia lakukan asal anaknya bisa sukses dan berhasil. Itulah energi cinta dari seorang Ibu.
Energi itu begitu kuat. Tak jarang, seorang ibu kemudian harus melakukan semua itu sendiri. Tanpa kehadiran suami yang menemani, karena dipisahkan oleh ajal, misalnya, atau oleh sebab yang lainnya. Berat itu pasti. Tapi cintanya yang besar akan mengalahkan semua kesulitan dan rintangan. Tekadnya yang demikian besar terbangun, sehingga lahirlah anak – anak yang sukses dalam hidup dan karirnya, berkat sentuhan cinta dan pengorbanannya, meski semua dilakukannya berselimut derita dan rasa sepi.
Terkadang dia harus menutupinya dengan sebuah ‘kebohongan’ untuk mengalihkan perhatian kita, agar ia tidak tampak lelah dan capai mengurus dan membesarkan kita.
Perjuangan membesarkan anak adalah hari – hari yang penuh rasa sepi, dengan kesulitan yang terkadang belum kita bisa cerna saat itu, atau mungkin hingga hari ini. Namun kita jarang atau bahkan tak pernah mencoba untuk mengingatnya, untuk sekedar mengenang jasa manusia agung itu, yang telah memberikan segalanya untuk kita.
Rasa Sepi Ketika Ditinggal Anak – anaknya Merantau
Setiap anak pada akhirnya akan menentukan pilihan hidupnya masing – masing. Dan karena itu, maka terkadang kita terpaksa meninggalkan kedua orang tua untuk mencoba melepaskan diri dari ketergantungan kepada mereka. Ketika beranjak remaja atau dewasa, kita pergi merantau kemana saja, untuk tujuan apapun; menuntut ilmu, mencari rezeki, mengadu nasib dan sebagainya.
Berawal dari sini, rasa sepi pun muncul di relung hati seorang ibu. Anak yang sedari kecil diasuh penuh cinta, ditimang – timang dan dibesarkan, pergi jauh dari sisinya. Tak sanggup ia melarang, karena hidup memang harus berubah dan berkembang. Ia lalu merelakan anaknya pergi merantau. Hari ini, entah di manapun kita berada, sejenak kita renungkan keadaannya, di kala kita sedang jauh dari sisinya. Apakah yang sedang dia lakukan? Mungkinkah saat ini, ia sedang duduk menghabiskan waktu sambil memandangi kali di depan rumah, yang dahulu selalu menjadi tempat bagi anak – anaknya menghabiskan waktu, berenang dan bermain hujan. Mereka saling dorong menceburkan diri ke dalam air? Atau entah apa lagi yang ibu lakukan untuk mengusir kesendirian dan rasa sepinya yang tak kunjung berakhir?
Ibu memang selalu merindukan kita. Sangat merindukan kita. Sampai kapan pun. Gambar wajah kita selalu hadir di benaknya, bermain – main di pelupuk matanya. Dia selalu melempar ingatannya ke masa – masa lalu yang indah ketika kita masih bersamanya, mengenang segala tingkah lucu kita yang menggores kesan indah di hatinya.
Rasa Sepi Ketika Anak Mengalami Kekeringan Spiritual
Sukses seorang anak tentu memberi rasa bangga dan puas di hati seorang ibu. Kelelahan selama bertahun – tahun yang dia alami, akan berakhir tanpa bekas manakala dia melihat anak – anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta, hidup dalam kemudahan dan keadaan yang lebih baik dari kehidupannya sendiri.
Tetapi tentu bukan hal itu yang paling membahagiakan seorang ibu. Selain kesuksesan dan keberhasilan, seorang ibu sangatlah ingin melihat anak – anaknya tumbuh menjadi orang – orang sholih, berbakti dan berakhlak mulia, hidup rukun satu sama lain. Itulah yang paling membahagiakan orang tua. Tak ada yang paling menyenangkan hatinya dan menentramkan jiwanya selain melihat anak – anaknya tumbuh dalam ketaatan kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. Terlebih ketika mereka telah berada di usia yang semakin senja; selalu ada harapan agar anaknya kelak tetap mengenangnya setelah kepergiannya, dalam doa dan munajatnya, memohonkan ampun untuknya.
Rasa sepi yang paling dahsyat akan dirasakan seorang ibu ketika ia tak menemukan kesholihan pada diri anak – anaknya. Saat beribadah tak ada yang menemani. Ketika berdoa tak ada yang mengamini. Di kala sakit tak ada yang mendoakan. Akhir hidupnya dihantui rasa takut akan kegagalan menuai pahala dari anak – anaknya.
Rasa Sepi Ketika Anak tak Memahami Bahasa Hati Seorang Ibu
Satu hari, seorang mahasiswi hendak berangkat ke luar negeri untuk meneruskan pendidikannya. Kedua orang tuanya, karena merasa akan berpisah dengan anak yang dicintainya dalam jarak yang jauh dan dalam waktu yang lama, tentu ingin meluapkan perhatian dan kasih sayangnya dengan mengantar si anak ke bandara. Orang tua manapun, terutama ibu, memang selalu ingin menyertai anaknya pada saat – saat penting seperti itu, entah untuk sekadar memberi nasihat, mendoakan atau melepas rasa haru pada darah dagingnya.
Tapi si anak yang merasa sudah besar dan dewasa, tanpa rasa bersalah menolak niat baik orang tuanya. Dia justru menganggap maksud baik mereka, seperti perlakuan orang dewasa kepada anak kecil yang harus selalu ditemani kemana pun akan pergi. Si anak kemudian meminta orang tuanya tetap di rumah dan membiarkannya berangkat sendiri.
Mungkin saja anak itu punya maksud baik untuk tidak merepotkan orang tuanya, namun ia gagal memahami perasaan hati seorang ibu. Ia tidak mengerti gemuruh hati orang yang begitu berat melepas anaknya untuk pergi jauh. Sehingga yang terjadi kemudian, sang ibu merasakan sepi yang sangat di hatinya. Anak yang dibesarkannya dengan penuh cinta dan pengorbanan, ketika dewasa serasa begitu jauh dan tak tersentuh. Dan tinggallah ia dengan kondisi kesehatan fisik yang terus menurun, karena selalu memikirkan anak yang tak pernah bisa mengerti keinginannya.
Sejenak, mari kita merenungkan tentang keadaan ibu. Merenungkan rasa sepi yang ia derita karena kita seringkali tidak memahami keinginannya. Jangan biarkan hari – harinya yang tersisa hanya diisi dengan lamunan. Jangat persingkat usianya dengan membiarkannya memendam rasa rindu yang tak kunjung terobati. Sekali lagi, mari kita merenungkan keadaaan ibu, agar suatu saat nanti kita tak menyesali sikap acuh kita; ketika rasa sepi telah merenggut segalanya.
Ya Alloh, begitu banyak dosa yang hamba perbuat kepada orang tua khususnya ibu,
kami sering membantah, bersikap cuek acuh tak acuh.
Ya Alloh, perkenankanlah kami untuk bisa berbakti kepada keduanya di sisa umur hamba.
Ya Alloh, sayangilah mereka sebagaimana mereka berdua telah berjuang demi kami.
Ampunilah segala kekhilafan dan kealfaan yang telah mereka perbuat.
Allohumaghfirlii waliwalidayyaa warhamhumaa kamaa robbayanii soghiiroo..
info: Klik Di Sini