Pekerjaan utama mereka: bercinta dengan keluarga kerajaan. Jillian Lauren, satu dari sekian selir pangeran Jefri Bolkiah, adik dari Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, bercerita lewat bukunya "Some Girls: My Life in a Harem". Di antara para candik juga terdapat perempuan Indonesia.
Situs koran Belgia De Standard mewawancarai Jillian Lauren.
Awalnya ia cuma tahu akan pergi ke Singapura untuk menghibur para pebisnis kaya. Sebagai penari telanjang di klub striptis di Amerika Serikat, permintaan-permintaan seperti ini biasa.
Ke Brunei
Namun saat masuk dalam pesawat ia diinformasikan pergi ke Brunei. "Kelihatannya mereka tak terbuka karena ini terkait dengan keluarga kerajaan," ujar Jillian. Brunei sepanjang Jillian tahu adalah sebuah kerajaan Islam di Kalimantan, yang sangat kaya berkat minyak.
Namun saat masuk dalam pesawat ia diinformasikan pergi ke Brunei. "Kelihatannya mereka tak terbuka karena ini terkait dengan keluarga kerajaan," ujar Jillian. Brunei sepanjang Jillian tahu adalah sebuah kerajaan Islam di Kalimantan, yang sangat kaya berkat minyak.
Setelah tiba, ia tak dibawa ke Sultan, melainkan ke adiknya, Jefri, yang saat itu berusia 30an tahun. Walau, tentu saja, kadang ia juga dipinjamkan untuk melayani sang sultan.
40 perempuan
Tetapi yang mengagetkan ada sekitar 40 perempuan bekerja sebagai gundik.
Tetapi yang mengagetkan ada sekitar 40 perempuan bekerja sebagai gundik.
"Saya merupakan gadis Amerika pertama. Sebelumnya sudah ada selir dari Thailand, Indonesia, Malaysia dan Filipina. Saya tak banyak berkomunikasi dengan mereka karena masalah hambatan bahasa. Lagipula kami tak mungkin membicarakan bagaimana atau mengapa jadi candik di kesultanan Brunei."
Jillian Lauren sulit mengetahui apakah para perempuan muda itu secara sukarela menjadi selir.
"Saya tidak tahu apakah mereka diculik atau dipingit. Kelihatannya mereka malah bersyukur. Itu terlihat dari kehidupan mengenaskan yang mereka tinggalkan. Namun tidak soal keputusan mereka jadi obyek sex sultan. Di sana ada beberapa perempuan di bawah umur. Bukan asal Amerika tapi Asia. Anda dapat merenungkan sejauh mana seorang berusia 15 tahun bisa mengerti persetujuan pekerjaan seperti itu."
Sangkar emas
Saat masih bekerja sebagai candik pangeran Jefri Bolkiah, perempuan yang sekarang tinggal di kota Los Angeles ini harus menyerahkan paspornya. Meski begitu ia tetap bisa jalan-jalan, yah, dengan pengawasan pengawal yang bawa tas penuh uang untuk Jillian belanja. Tidak ada batas pengeluaran untuk belanja.
Saat masih bekerja sebagai candik pangeran Jefri Bolkiah, perempuan yang sekarang tinggal di kota Los Angeles ini harus menyerahkan paspornya. Meski begitu ia tetap bisa jalan-jalan, yah, dengan pengawasan pengawal yang bawa tas penuh uang untuk Jillian belanja. Tidak ada batas pengeluaran untuk belanja.
Situasi yang ia alami boleh dibilang mirip sangkar emas. Ini bukan sekedar peribahasa, di istana banyak perabotan emas, dinding emas, bahkan karpet ada yang dari emas.
"Saya memang jarang lihat kota Brunei, karena tidak boleh keluar istana. Kami hidup di dunia mewah yang dikelilingi tembok. Ada kolam renang, lapangan tenis, pusat kebugaran, bioskop, arena bowling. Istana layaknya taman main pangeran dan kami bagian dari itu."
Pukul halus pantat
Tidak hanya itu. Setiap malam di istana, seperti ada pesta besar-besaran, penuh sampanye, kaviar dan semua makanan mewah lain. Musik memenuhi ruangan dan para penari menari sampai pagi. Semua selir ikut berpesta, sampai orang terpercaya sang pangeran mengambil satu atau lebih dari para candik.
Tidak hanya itu. Setiap malam di istana, seperti ada pesta besar-besaran, penuh sampanye, kaviar dan semua makanan mewah lain. Musik memenuhi ruangan dan para penari menari sampai pagi. Semua selir ikut berpesta, sampai orang terpercaya sang pangeran mengambil satu atau lebih dari para candik.
Ia lalu membawa pilihan tersebut ke kamar di mana Jillian harus menunggu hingga namanya dipanggil oleh pangeran.
"Setelah melakukan hubungan sex ia biasanya memukul halus pantat sang selir. Itu artinya tugas dia sudah selesai. Pangeran sendiri masih punya setidaknya tiga perempuan yang antri. Jadi saya duga, setelah saya keluar, sang pangeran masih akan terus. Saya pernah mendengar bahwa pangeran Jefri pernah meminta hubungan sex bertiga dengan perempuan lain. Dengan saya ia hanya melakukan secara normal. Paling jauh ia pernah menendang pantat saya."
Jillian Lauran pernah bertemu dengan istri pangeran saat dilangsungkan pertandingan polo. Nampaknya ia tidak keberatan dengan pola hidup sang suami. Sekalipun perempuan asal AS tersebut jadi pasangan bermain terfavorit kedua di antara para selir.
Ia pernah bercinta setiap hari dengan pangeran, dan pernah juga cuma satu kali per pekan. Semua dilakukan tanpa kondom. Jillian juga mengakui sempat jatuh cinta dengan sang pangeran. Ia sadar cintanya tak akan terbalas.
Ratusan ribu Dollar
Selama enam bulan menjadi selir pangeran Jefri Bolkiah, Jillian mendapat bayaran sampai 300 ribu Dollar AS. Ini murni, karena semua pengeluaran lain sudah dibayar. Angka tersebut luar biasa pada tahun 1990an.
Selama enam bulan menjadi selir pangeran Jefri Bolkiah, Jillian mendapat bayaran sampai 300 ribu Dollar AS. Ini murni, karena semua pengeluaran lain sudah dibayar. Angka tersebut luar biasa pada tahun 1990an.
"Saya sangat boros. Yah gimana. Seorang berumur 18 tahun dengan uang ratusan ribu dollar. Dengan uang itu saya kembali kuliah, membeli mobil, pindah ke Kalifornia."
Tak menyesal
Ia sekarang tak lagi kontak dengan pangeran. Apalagi setelah menulis buku "Some Girls: My Life in a Harem". Buku ini dilarang di Brunei Darussalam.
Ia sekarang tak lagi kontak dengan pangeran. Apalagi setelah menulis buku "Some Girls: My Life in a Harem". Buku ini dilarang di Brunei Darussalam.
Jillian Lauren butuh waktu lama untuk bisa menulis kisah tersebut. Bekerja sebagai pelayan sex di kesultanan bukan cerita sembarang. Perempuan yang dulu berprofesi sebagai penari striptis menyatakan semua kisahnya otentik. Ia tak pernah menyesal dengan apa yang pernah ia geluti.
"Saya sedih melihat diri saya dulu. Tidak punya harga diri dan sangat tak menghormati diri sendiri. Sekalipun begitu saya sama sekali tak menyesal mengalami ini semua."