Demikian disampaikan oleh Pengamat Pasar Uang Farial Anwar kepada detikFinance, Kamis (6/8/2010).
"Mata uang kita termasuk mata 'uang sampah'. Waktu di sebuah pertemuan di Singapura, ada orang Malaysia yang meledek. Dia berkata, di Indonesia jika kita belanja kita bisa punya uang ribuan di kantong. Mereka membicarakan itu sambil tertawa meledek," ujar Farial.
Nominal rupiah yang besar menurut Farial membuat rupiah dipandang sebelah mata oleh asing. Bank Indonesia (BI), lanjut Farial, juga merasa harus meningkatkan citra dan gengsi mata uangnya di dunia internasional.
Menurut Farial, rupiah menjadi merupakan salah satu mata uang 'sampah' atau garbage money karena masuk dalam 10 mata uang dengan nilai terendah di dunia jika dibandingkan dengan dolar AS. Karena itu kebutuhan redenominasi sangat penting dan nyata diperlukan.
Seperti diketahui, BI akan melakukan redenominasi rupiah karena uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini Rp 100.000. Uang rupiah tersebut mempunyai pecahan terbesar kedua di dunia, terbesar pertama adalah mata uang Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Namun tidak memperhitungkan negara Zimbabwe, negara tersebut pernah mencetak 100 miliar dolar Zimbabwe dalam satu lembar mata uang.
BI akan mulai melakukan sosialisasi redenominasi hingga 2012 dan dilanjutkan dengan masa transisi. Pada masa transisi digunakan dua rupiah, yakni memakai istilah rupiah lama dan rupiah hasil redenominasi yang disebut rupiah baru. BI menargetkan pada tahun 2022 proses redenominasi sudah tuntas.
info: http://www.detikfinance.com/